Hidup Ini Adalah Tentang Melakukan Pilihan
Setaip Hari, Setiap Jam, Setiap Detik
Kita Harus Menentukan Pilihan
Setiap Saat Kita Berdiri Di Persimpangan
Dan Harus Memilih Jalan Yang Harus Di Tempuh
Karena Itu Menentukan Prioritas Adalah Hal Yang Utama
Kita Tak Bisa Mencintai Dan Sukses Di Semua Bidang
Sebab Itu Kita Harus Menentukan Hal-Hal Yang Kita Cintai
Dan Paling Layak Untuk Di Perjuangkan Dalam Hidup


Persepsi Mahasiswa Akuntansi

Latar Belakang
Profesi akuntan Indonesia pada masa yang akan datang menghadapi tantangan yang semakin berat, untuk itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme profesi mutlak diperlukan (Ludigdo dan Machfoedz, 1999). Profesionalisme suatu profesi mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi tersebut (Machfoedz, 1997) yaitu keahlian (skill), karakter (character), dan pengetahuan (knowledge).
Proses pembentukan profesionalisme profesi berawal dari pendidikan profesi, dalam hal ini pendidikan akuntansi di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan, bertujuan menyediakan sumber pengetahuan dan pengalaman belajar (knowledge and learning experiences) bagi para mahasiswanya. Tujuan tersebut dicapai melalui bentuk kegiatan belajar-mengajar yang disebut kuliah. Kuliah merupakan bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa dan pengetahuan/ketrampilan. Kuliah dan dosen merupakan salah satu sumber pengetahuan utama bagi para mahasiswa (Suwarjono, 1999). Namun pendidikan tinggi akuntqansi seharusnya tidak hanya menekankan pada kebutuhan keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang bersifat teoritis, tetapi juga harus mampu mensosialisasikan kepada mahasiswanya hal-hal yang berhubungan dengan dunia praktik dan lingkungan kerja profesi akuntansi.
Dalam beberapa dekade terakhir, keinginan dan komitmen komunitas akuntasi untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan akuntansi mengalami peningkatan. Di Amerika, kritikan tajam terhadap dunia pendidikan di negara tersebut telah timbul sejak awal tahun 1970-an. Kritik tersebut terutama ditujukan pada proses belajar mengajar yang dikatakan terlalu mendidik mahasiswa sebagai teknisi dan sangat prosedural, tidak intelek dan tidak ilmiah. Kondisi semacam ini menyebabkan dibentuknya Accounting Education Change Committee (AECC). Komite ini bertugas memperbaiki proses belajar mengajar, terutama dalam hal perbaikan kurikulum, agar lulusan jurusan akuntansi di perguruan tinggi menjadi lebih intelek, profesional dan ilmiah (Machfoedz, 1997). Anjuran restrukturisasi terhadap pendidikan akuntansi di Amerika juga dinyatakan oleh the American Accounting Association’s Bedford Committee Report (AAA, 1986) dan the Big Eight’s White Paper (Perspectives, 1989 dalam DeZoort, Lord dan Cargile, 1997). Komisi tersebut mengatakan bahwa tujuannya ialah “to be a catalyst for improving the academic preparation of accountants so that entrants to the accounting profession possess the skills, knowledge, and attitudes (empahasis added) required for success in accounting career paths” (AECC, 1990:1 dalam DeZoort, Lord dan Cargile, 1997).
Di Indonesia, proses pendidikan dan pengajaran akuntansi dipandang belum mampu untuk menghasilkan lulusan yang profesional, yang siap terjun ke dunia bisnis. Proses tersebut meliputi: desain kurikulum; desain silabus; struktur pengajaran; dan sistem pengajaran (Machfoedz, 1997). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Nurani (1990) di Yogayakarta, yang menemukan bahwa sebesar 68,83% mahasiswa akuntansi yang ditelitinya menyatakan bahwa materi kuliah yang diberikan belum cukup sebagai bahan persiapan menghadapi tuntutan pekerjaan. Demikian pula penelitian yang dilakukan Fouriyanti (1996) di Surakarta, hampir 60% mahasiswa akuntansi menyatakan hal serupa.
Hal lain yang menyebabkan perlunya restrukturisasi pendidikan akuntansi adalah adanya indikasi bahwa para lulusan pendidikan akuntansi di perguruan tinggi meninggalkan bangku kuliah dengan persepsi yang kurang tepat mengenai lingkungan kerja profesi akuntan. Tentu saj hal ini tidak sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Hanno dan Turner (1995) pendidikan akuntansi harus mampu memberikan “a knowledge of business organization and their enviroment” (dalam Machfoedz, 1997).
Persepsi yang tidak tepat tersebut nampak dalam studi yang dilakukan oleh Dean et al. (1988) di Amerika. Dean et al. (1988) meneliti hubungan antara harapan (expectations) kerja individu sebelum memasuki dunia kerja selama satu tahun. Peneliti memberikan kuesioner yang sama kepada responden pada hari pertama mereka bekerja dan satu tahun sesudahnya. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengharapan dan pengalaman responden yang diteliti, perbedaan tersebut disebut Occupational Reality Shock (ORS). Studi ini juga mengungkapkan bahwa ORS lebih besar terjadi pada lingkungan kantor akuntan publik, serta ORS memiliki pengaruh negatif terhadap perilaku, sikap dan orientasi kerja karyawan (dalam Carcello et al., 1991).
Dalam penelitian lain, Carcello et al. (1991) melakukan studi dengan membandingkan harapan mahasiswa akuntasi dan pengalaman akuntan pemula di kantor akuntan publik. Studi ini mendapatkan bukti bahwa terdapat perbedaan signifikan antara harapan mahasiswa dengan pengalaman akuntan pemula dalam sebagian besar item yang diteliti. Tentu saja hal ini dapat menimbulkan berbagai macam masalah yang salah satunya ialah ketidakpuasan kerja bagi para lulusan akuntansi ketika mereka terjun ke lapangan pekerjaan.
Adanya perbedaan persepsi tersebut dan akibat yang ditimbulkannya telah dibahas di dalam beberapa literatur, yang mana proses pendidikan akuntansi yang diterapkan juga memiliki pengaruh di dalamnya (Carcello et al., 1991). Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa pendidikan akuntansi memegang peranan penting di dalam sosialisasi profesi akuntan. Penelitian terhadap mahasiswa kedokteran (Becker et al., 1961), hukum (Thielens, 1967), perawat (Ondrack, 1975), dan manajemen (Shein, 1967) secara konsisten menemukan bahwa perilaku dan keyakinan mahasiswa berubah selama mereka menempuh pendidikan profesi (dalam Clikeman dan Henning, 2000). Demikian juga dengan Sudibyo (1995) yang menyatakan bahwa dunia pendidikan akuntansi juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etika akuntan (dalam Ludigdo dan Machfoedz, 1999) yang merupakan bagian dari profesi akuntan.
Profesi akuntan mengalami perkembangan yang sangat luas. Salah satu bentuk perkembangannya ialah semakin banyaknya pilihan profesi akuntan yang dapat dipilih oleh lulusan pendidikan tinggi akuntansi. Paling tidak terdapat empat sektor profesi akuntan yang dapat dimasuki, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi akuntan di Indonesia telah mewadahi keempat sektor profesi tersebut dengan membentuk kompartemen bagi masing-masing sektor profesi akuntan. Kompartemen tersebut terdiri dari Kompartemen Akuntan Publik (KAP), Kompartemen Akuntansi Manajemen (KAM), Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) dan Kompartemen Akuntan Sektor Publik (KASP).
Salah satu profesi akuntan yang paling populer di masyarakat dan khususnya di kalangan mahasiswa akuntansi ialah profesi akuntan publik (Nurani, 1990). Bahkan dalam studinya, Fouriyanti (1996) menyimpulkan hampir 80% mahasiswa jurusan akuntansi yang menjadi sampel penelitiannya berpendapat bahwa profesi akuntan publik di Indonesia di masa yang akan datang akan sangat berkembang. Selain itu, hampir 60% menyatakan bahwa materi yang diberikan selama masa pendidikan lebih menekankan pada profesi akuntan publik. Beberapa penelitian di Indonesia mengenai persepsi yang berhubungan dengan profesi akuntan publik dilakukan sebelumnya oleh Chaeroni (1996), Fouriyanti (1996), Murtanto dan Gudono (1999), Prihanto (2000), Nurahma dan Indriantoro (2000), Suhardjo (2000) dan Widarta (2000). Beberapa di antaranya meneliti mengenai persepsi mahasiswa terhadap profesi akuntan publik di Indonesia, seperti Chaeroni (1991), Fouriyanti (1996), dan Prihanto (2000), namun penelitian tersebut tidak secara khusus meneliti mengenai lingkungan kerja akuntan publik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan antara persepsi mahasiswa akuntansi yunior dan mahasiswa akuntansi senior mengenai lingkungan kerja akuntan khususnya akuntan publik. Dengan asusmsi bahwa selama proses pendidikan dan pengajaran akuntansi di perguruan tinggi, mahasiswa akan memperoleh berbagai informasi yang dapat mempengaruhi persepsinya (Clikeman dan Henning, 2000). Penelitian terdahulu mengenai persepsi terhadap lingkungan kerja akuntan publik telah dilakukan oleh Dezoort, Lord dan Cargile (1997).
Penelitian tersebut membandingkan persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi di lima universitas terbesar dari lima negara bagian yang berbeda di Amerika Serikat. Penelitian ini juga meneliti sejauh mana mahasiswa menganggap dosen dan sumber lainnya sebagai sumber informasi yang relevan mengenai lingkungan kerja akuntan publik.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dengan mengadopsi penelitian Dezoort, Lord dan Cargile (1997) tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
Apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa yunior dengan mahasiswa senior terhadap lingkungan kerja akuntan publik di Indonesia?
Apa sajakah sumber informasi utama bagi mahasiswa akuntansi, mengenai lingkungan kerja akuntan publik di Indonesia?

Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai adalah untuk mengetahui:
Ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa akuntansi yunior dengan persepsi mahasiswa akuntansi senior terhadap lingkungan kerja akuntan publik di Indonesia.
Sumber informasi utama mahasiswa akuntansi mengenai lingkungan kerja akuntan publik di Indonesia.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
Sebagai bahan pembanding terhadap penelitian-penelitian sejenis yang pernah dilakukan, sehingga dapat memperkaya khasanah penelitian.
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Universitas.

Studi/Penelitian Terkait
Dean et al. (1988) meneliti hubungan antara harapan (expectations) kerja individu sebelum memasuki dunia kerja dengan pengalaman (experiences) kerja individu tersebut setelah memasuki dunia kerja selam satu tahun. Peneliti memberikan kuesioner yang sama kepada responden pada hari pertama mereka bekerja den satu tahun sesudahnya. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengharapan dan pengalaman responden yang diteliti, perbedaan tersebut disebut Occupational Reality Shock (ORS). Studi ini juga mengungkapkan bahwa ORS lebih besar terjadi pada lingkungan kantor akuntan publik, serta ORS memiliki pengaruh negatif terhadap perilaku, sikap dan orientasi kerja karyawan (dalam Carcello et al., 1991).
Dengan menggunakan responden dari Beta Alpha Psi programs dan staf akuntan publik di Amerika Serikat, Carcello et al., (1991) membandingkan harapan mahasiswa akuntansi dan pengalaman akuntan pemula di kantor akuntan publik. Hasil studi ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara harapan mahasiswa dengan pengalaman akuntan pemula dalam sebagian besar item yang diteliti. Kesenjangan terbesar terjadi pada area pengembangan, pelatihan dan supervisi. Mahasiswa secara umum mengharapkan pengalaman-pengalaman yang lebih positif dibandingkan dengan pengalaman- pengalaman yang sesungguhnya dialami oleh para akuntan pemula dalam hal tugas-tugas, tanggung jawab, kemajuan, pelatihan, supervisi dan masalah-masalah pribadi.
Mengadopsi penelitian yang dilakukan oleh Carcello et al. (1991). De Zoort, Lord dan Cargile (1997) melakukan studi cross sectional untuk menghubungkan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap lingkungan kerja akuntan publik dengan membandingkan persepsi mahasiswa akuntansi yunior, mahasiswa akuntansi senior dan persepsi akuntan pendidik. Penelitian tersebut membandingkan persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi di lima universitas terbesar dari lima negara bagian yang berbeda di Amerika Serikat. Penelitian ini juga meneliti sejauh mana mahasiswa menganggap dosen dan sumber lainnya sebagai sumber informasi yang relevan mengenai lingkungan kerja akuntan publik. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa dengan akuntan pendidik terhadap lingkungan kerja akuntan publik. Perbedaan terutama pada wilayah kemajuan, pelatihan, supervisi dan masalah-masalah pribadi. Hasil studi ini mendukung penemuan Carcello et al. (1991). Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa yunior dan mahasiswa senior. Penemuan lain dalam studi ini mengindikasikan bahwa dosen mempengaruhi rencana karier mahasiswa, namun para dosen merasa bahwa mereka tidak memberikan informasi yang seharusnya mereka sediakan kepada mahasiswa.
Beberapa penelitian yang membandingkan persepsi akuntan maupun mahasiswa telah dilakukan di Indonesia, namun kebanyakan penelitian tersebut meneliti persepsi mengenai etika.
Ludigdo (1998) menemukan perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan dengan persepsi mahasiswa terhadap etika bisnis. Akuntan memiliki persepsi yang lebih baik dibanding dengan mahasiswa. Hasil lainnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan di antara mahasiswa tingkat awal dengan persepsi mahasiswa tingkat akhir terhadap etika bisnis. Mahasiswa tingkat akhirmempunyai persepsi yang lebih baik dibanding mahasiswa tingkat awal. Di samping itu berdasarkan uji perbedaan persepsi antara akuntan pendidik, akuntan publik, dan akuntan pendidik yang berprofesi sekaligus sebagai akuntan publik, tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara ketiga kelompok tersebut. Namun akuntan publik memiliki persepsi yang lebih baik dibandingkan yang lainnya. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel dari delapan perguruan tinggi negeri yang tersebar di Indonesia. Sebanyak 77,5% responden menyatakan bahwa kurikulum sekarang belum cukup untuk memberi bekal mahasiswa mengenai etika bisnis dalam memasuki dunia kerja.
Mengadopsi penelitian Ludigdo (1996), Yulaika (2001) melaksanakan penelitian serupa, namun hanya membandingkan persepsi mahasiswa akuntansi dengan persepsi akuntan pendidik saja. Selain itu juga membandingkan persepsi mahasiswa yunior dengan mahasiswa senior. Penelitian ini dilakukan di lima perguruan tinggi di Surakarta. Dalam penelitiannya tersebut ia menemukan bhawa terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dengan mahasiswa akuntansi terhadap etika bisnis, namun tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan persepsi mahasiswa yunior dengan mahasiswa senior mengenai etika bisnis.

Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa akuntansi yunior dengan persepsi mahasiswa akuntansi senior terhadap lingkungan kerja akuntan publik.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa akuntansi yunior dengan mahasiswa akuntansi senior terhadap lingkungan kerja akuntan publik.

Metode Penelitian

Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi. Mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu mahasiswa tingkat awal (mahasiswa yunior) dan mahasiswa tingkat akhir (mahasiswa senior). Mahasiswa yunior diwakili oleh mahasiswa akuntansi Strata-1 (S-1) reguler semester tiga (III). Selain untuk memudahkan peneliti dalam mengambil sampel, peneliti juga memandang bahwa mereka telah mendapat informasi mengenai lingkungan kerja profesi namun belum mendapat pemahaman yang cukup. Mahasiswa senior diwakili oleh mahasiswa akuntansi Strata-1 (S-1) reguler minimal semester enam (≥VI). Proses pendidikan di jurusan akuntansi hingga semester enam dipandang telah cukup memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai lingkungan kerja profesi.

Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik survei yaitu dengan memberikan kuesioner kepada para responden secara langsung. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang dikembangkan dan digunakan oleh Carcello et al. (1991), serta kemudian dimodifikasi oleh DeZoort et al. (1997).

Pengembangan Instrumen
Instrumen yang digunakan terdiri dari tiga bagian, mengadopsi dari instrumen yang dimodifikasi oleh DeZoort et al. (1997) dari kuesioner yang dikembangkan dan digunakan oleh Carcello et al. (1991). Tiga bagian tersebut adalah sebagai berikut.
Data diri responden.
Pernyataan individu mengenai lingkungan kerja akuntan publik:
Tugas dan tanggung jawab kerja
Promosi, pelatihan dan pengawasan
Masalah-masalah pribadi
Sumber informasi tentang lingkungan kerja akuntan publik

Uji Statistik
Pengujian menggunakan uji t, untuk melihat signifikasi dari pengaruh variabel independent secara individu terhadap variabel dependent.

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari rencana penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
BABII: LANDASAN TEORI DAN STUDI TERKAIT
Landasan teori dan studi terkait memuat tentang studi teoritis yang membahas tentang penelitian yang terkait.
BABIII:GAMBARAN UMUM PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA AKUNTAN PUBLIK
Gambaran umum mencakup persepsi dan lingkungan kerja akuntan publik.
BABIV: ANLISIS HASIL
Analisis hasil berisi tentang hasil analisis dan keterangannya.
BABV: SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian.